Dalam istilah dunia konstruksi, kita mengenal beton bertulang. Beberapa jenis beton ini menggunakan reinforced concrete maupun prestressed concrete yang menggunakan baja untuk strukturnya. Meskipun dalam pelaksanaan proses konstruksi sudah dilakukan dengan sebaik mungkin, namun terkadang kerusakan kecil bahkan besar bisa saja terjadi.
Seringkali, kerusakan yang terjadi pada beton bertulang tidak dapat dihindarkan dikarenakan banyak faktor, seperti faktor alam yang tak bisa dicegah maupun faktor kimiawi. Lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas beberapa penyebab kerusakan dan juga cara mengatasinya:
Pada umumnya, kerusakan yang terjadi dibagi menjadi beberapa kategori, yakni:
1. Retak (cracks)
Retak merupakan kejadian pecah pada beton, berupa garis-garis panjang yang sempit. Retak ini biasa terjadi akibat cuaca yang panas dan berangin. Jenis kerusakan ini sifatnya dangkal dan saling berhubungan. Kerusakan akibat keadaan alam pada beton dengan steel structure (reinforced concrete) maupun prestressed concrete memang seringkali tidak bisa dihindari. Dengan penanganan yang tepat, kerusakan ini tidak akan menimbulkan permasalahan berarti bagi konstruksi.
2. Lubang-lubang pada beton bertulang (void)
Voids merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi kerusakan pada beton bertulang, berupa lubang-lubang yang ukurannya relatif dalam dan lebar. Penyebabnya ialah proses pemadatan yang dilakukan dengan vibrator yang kurang maksimal dan terlalu sempitnya jarak antara bekisting dengan tulangan atau frame. Yang sering terjadi adalah jarak antar tulang yang terlalu sempit hingga mortar tidak bisa mengisi rongga atau pori-pori antara agregat kasar dengan sempurna.
3. Kelupasan dangkal pada permukaan (scalling/ erosion/spalling)
Kelupasan dangkal pada permukaan beton bertulang merupakan jenis kerusakan yang umum terjadi. Penyebabnya ialah adanya eksposisi yang berulang terhadap proses pembekuan dan pencairan hingga permukaan beton bisa terkelupas (scalling).
Ada pula jenis kerusakan lain yang menyebabkan permukaan beton terkelupas, yakni spalling, yakni melekatnya material di permukaan bekisting yang menyebabkan permukaan beton terkelupas.
4. Lekatan baja beton
Inilah jenis kerusakan lain yang umum terjadi pada beton bertulang. Kerusakan ini sering terjadi pada komponen struktur penunjang bangunan sipil. Perlu diketahui bahwa lekatan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran sebuah permukaan baja dan kualitas beton di sekitar bagian tulangan. Jika kelekatan gagal terjadi atau kurang sempurna, maka akan membuat menurunnya daya dukung pada struktur. Hal ini bsia menyebabkan deformasi. Yang lebih parah bisa menyebabkan runtuhnya struktur konstruksi. Penyebab lain dari kegagalan kelekatan ialah adanya korosi pada tulangan, terjadinya kebakaran, atau bisa jadi karena terlalu tipisnya selimut beton.
5. Adanya serangan kimia
Beberapa bahan kimia digunakan dalam proses konstruksi beton tulangan, baik steel structure maupun baja. Seperti penggunaan fly ash pada campuran beton yang berpotensi bisa memberi pengaruh pada beton terutama pada lingkungan bersulat. Selain itu, adanya tegangan internal bisa juga terjadi akibat dari mengembangnya unsur kimia tertentu pada beton, seperti Ca (OH)2 dengan unsur kimia penyerang.
6. Penurunan pondasi
Pada sebagian konstruksi, kondisi tanah kurang mendukung untuk bangunan yang kokoh dan berkualitas. Beberapa kasus yang terjadi ialah daya dukung tanah tidak seragam pada sebagian lingkungan bangunan. Hal inilah yang menjadikan perbedaan dan penurunan pondasi. Sedangkan komponen yang sering rusak ialah pada dinding pengisi.
Untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada beton bertulang di atas baik dengan structur besi maupun baja, maka harus dimulai dengan tahap pemilihan bahan perkuatan yang baik dan tepat. Pemilihan material ini merupakan persyaratan wajib untuk perbaikan yang tahan lama. Salah satu solusi untuk perkuatan ini ialah dengan material yang bersifat cementitious yang jadi pilihan terbaik untuk perkuatan beton yang rusak.
Pada kondisi tertentu, juga disyaratkan bahwa perkuatan harus mencakup pula ketahanan terhadap serangan bahan kimia hingga terkadang material lain dipilih dengan pertimbangan tersebut. Jadi, material perbaikan bersifat fleksibel sesuai kebutuhan dan sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Beberpa pertimbangan untuk memilih material perkuatan ialah: kemudahan perbaikan, pembiayaan, seberapa terampil pekerja dalam memperbaiki, serta peralatan yang dimiliki untuk perbaikan.
Syarat-syarat yang harus ada dalam material perbaikan:
- Memiliki stabilitas dimensional
Salah satu syarat utama untuk memilih materi perkuatan pada beton ialah adanya lekatan yang sempurna dan maksimal antara material yang baru dan beton yang rusak. Sering kali yang terjadi ialah adanya kerusakan pada kelekatan akibat perubahan dimensional yang diakibatkan oleh penyusutan. Sehingga material yang dipakai untuk perbaikan haruslah bebas susut ataupun jika mengalami penyusutan tidak akan merusak lekatan pada beton yang lama.
- Koefisien ekspansi thermal
Perlu diketahui bahwa semua material dalam konstruksi akan mengalami ekspansi dan kontraksi saat terjadi perubahan temperatur udara di lingkungan. Perubahan yang terjadi tergantung pada koefisien ekspansi thermal material tertentu. Misalnya, untuk beton, koefisien ekspansi thermal adalah 0,000006 hingga 0,000012 cm per derajat celcius.
Maka dari itu, pemilihan material untuk perkuatan beton bertulang harus dipilih dengan tepat. Jika komposisi dari dua material dengan koefisien thermal jauh berbeda dan mengalami perubahan temperatur maka akan mengakibatkan kerusakan pada beton bertulang berupa garis lekatan. Istilah di atas untuk menggambarkan ukuran kekakuan pada sebuah material. Suatu bahan atau material dengan modulus elastisitas yang tinggi tidak akan mengalami deformasi sebanyak material dengan modulus elastisitas rendah, terutama ketika menerima beban.
Penawaran salah satu beton bertulang yaitu RC Box Culvert dan juga kebutuhan Pagar Beton Precast
Dengan demikian, pemilihan material juga harus mempertimbangkan aspek ini, dimana jika dua material dengan modulus elastisitas berbeda berada dalam satu kontak maka bisa menyebabkan material dnengan modulus elastisitas rendah akan meleleh, melengkung atau menggelembung jika menerima beban. Selain itu, susut atau pergerakan thermal yang terjadi pun dapat menyebabkan beton kehilangan lekatan.
Jenis-jenis bahan perkuatan beton bertulang
Sesuai dengan syarat di atas, maka ada beberapa jenis material yang bisa diaplikasikan untuk perkuatan beton bertulang, yakni:
1. Material yang bersifat cementitious
Material yang satu ini dalam digunakan untuk perbaikan beton dengan bantuan admixture yang bisa menghasilkan sifat kohesif, capaian kekuatan cepat, dan daya tahan terhadap susut.
Material perbaikan dalam jenis ini adalah:
- Beton, grout, mortar yang diaplikasikan untuk mengganti total penampang.
- Mortar dan beton dengan modifikasi tertentu, yakni penambahan latex untuk melapisi kembali permukaan lantai bangunan atau jembatan saat ada kerusakan.
- Grout, mortar, dan beton yang telah melalui penambahan polimer.
- Dry pack, yakni mortar berbahan dasar semen portland yang tidak akan mengalami
- Shotcrete/ sprayed concrete/ sprayed mortar, dibuat dari bahan-bahan sama seperti pembentuk beton (semen, air, agregat).
2. Material berbahan dasar resin
Pembuatan material ini atas dasar epoxy resin, yakni resin untuk injeksi. Ada yang terdiri dari pasir halus, ada pula yang dicampur dengan agregat kasar berukuran kecil.
3. Elastomeric sealants
Material ini digunakan untuk memperbaiki retak yang mengalami pergerakan cukup signifikan. Ada dua tipe yang bisa digunakan, yakni hot-applied dan cold applied.
4. Silicones
Material ini digunakan untuk perkuatan apabila ada masalah uap air melalui dinding. Larutan silicone di semprotkan pada didining hingga silicon resin tertinggal dalam pori dinding dan mencegah kerusakan.
5. Bentonite
Material bubuk dari debu vulkanik ini dapat mengabsorbsi air dengan jumlah banyak sehingga efektif digunakan sebagai penghalang air.
6. Bituminous coating
Material berbahan dasar berupa aspal yang diaplikasikan untuk perlindungan terhadap pelapukan pada beton atau waterproofing.
Demikian tadi beberapa permasalahan yang sering ditemui dalam konstruksi beton bertulang, baik dengan steel structure maupun baja. Meskipun kerusakan kadang terjadi, namun dengan perbaikan yang tepat maka kerusakan lebih parah akan bisa dihindarkan, dan konstruksi bisa tetap kokoh dan berkualitas.
Sumber:https://solusikonstruksi.com/kerusakan-dan-perkuatan-yang-sering-terjadi-pada-beton-bertulang/
KERUSAKAN PADA LAPISAN PEKERJAAN BERASPAL
Pada Lapisan perkerasan jalan biasanya
sering terjadi kerusakan atau kegagalan. Faktorfaktor penyebab kerusakan pada lapisan
perkerasan konstruksi jalan pada umumnya dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
perencanaan yang kurang tepat, penggunaan
material bahan jalan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi, kondisi tanah dasar yang tidak stabil,
bangunan pelengkap yang kurang baik seperti
kemiringan bahu jalan yang tidak sesuai dan
drainase jalan yang tidak berfungsi secara baik,
tidak teraturnya pemeliharaan dan peningkatan
jalan untuk mengembalikan kondisi serta
beberapa faktor penyebab lainnya. Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul
tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi
dapat merupakan gabungan dari penyebab yang
saling kait-mengait.
Menurut Manual
Pemeliharaan Jalan No: 03/MN/B/1983 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga, kerusakan-kerusakan jalan
dia antaranya: retak halus, halini
dapat diakibatkan oleh bahan
perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan
kurang stabil (Gambar 1).
Gambar 1. Retak Halus
Retak selip (slippage c r a c k s ), retak
yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit.
Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang
baiknya ikatan antara lapis permukaan
dengan lapis di bawahnya. Kurang baiknya
ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu,
minyak, air, atau benda non-adhesif lainnya, atau
akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan
pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip
pun dapat terjadi akibat terlau banyaknya pasir
dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang
baiknya pemadatan lapis permukaan, retak selip
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Retak Selip
Cacat permukaan (disintegration), yang
mengarah kepada kerusakan secara kimiawi
dan mekanis dari lapisan perkerasan. Cacat
permukan ini lama-kelamaan dapat
menyebabkan lubang (potholes). Kerusakan
ini pada mula berbentuk seperti mangkok,
ukuran bervariasi dari kecil sampai besar.
Lubang-lubang ini menampung dan
meresapkan air kedalam lapisan permukaan
yang menyebabkan semakin parahnya
kerusakan jalan (Gambar 3). Lubang dapat
terjadi akibat campuran material lapis
permukaan jelek, seperti Kadar aspal rendah,
sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan
agregat tidak baik. Temperatur campuran tidak
memenuhi persyaratan. Lapis permukaan tipis
sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca, sistem drainase jelek
dan retak yang tidak ditangani dengan baik.
Gambar 3. lubang (potholes)
Kerusakan-kerusakan lapisan perkerasan
seperti diuraikan di atas pada dasarnya
merupakan kerusakan yang terjadi setelah jalan
dilalui oleh kendaraan. Tapi ada kerusakan
yang lebih parah lagi yaitu terlepasnya
sebagian material perkerasan jalan sebelum
dilalui oleh kendaraan, material lapisan
perkerasan tidak menyatu walaupun telah
dilakukan pemadatan dan kerusakan terjadi
beberapa saat setelah pemadatan dilakukan,
dimana seakan-akan tidak adanya daya ikat
antara agregat, seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kerusakan dini lapisan perkerasan
jalan
Agregat halus adalah agregat yang lolos
saringan no.8 (2,36 mm), yang terdiri dari
batu pecah tersaring atau pasir alam yang
bersih, keras, dan bebas dari lempung atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan
memenuhi ketentuan gradasi yang
disyaratkankan dalam spesifikasi (Tabel 1).
Pasir boleh digunakan dalam campuran
beraspal. Persentase maksimum yang
diijinkan untuk laston adalah 15%. Kualitas
suatu agregat sangat dipengaruhi oleh sifatsifat yang dikandungnya. Diantara sifat-sifat
yang ada yaitu strength atau kekuatan,
durability atau keawetan, adhesiveness atau
daya rekat terhadap aspal dan workability
atau kemudahan dalam pelaksanaan. Sifat
kekuatan dan keawetan (strength and
durability) dipengaruhi oleh gradasi, kadar
lumpur, kekerasan (hardness) dan bentuk
butir (shape-grain). Gradasi merupakan
ukuran luar dari agregat dan dibedakan
menjadi agregat kasar, sedang dan halus
menurut ukuran individu-nya atau dibedakan
menjadi agregat seragam (uniform graded),
gradasi rapat (dense graded) dan gradasi jelek
(poorly graded) menurut kelompoknya.
Sifat adhessiveness atau kemampuan dilapisi
aspal dipengaruhi oleh porositas dan bentuk
batuan. Porositas memungkinkan molekulmolekul aspal menyusup ke dalam tubuh
agregat melalui kemampuan serap
mikroskopis (absorption).
Kadar lumpur dapat mempengaruhi
kekuatan campuran, kadar lumpur yang tinggi
akan mengakibatkan daya rekat yang rendah
terhadap aspal. Oleh sebab itu keberadaan
lumpur perlu dihilangkan dari agregat saat
hendak dilakukan pencampuran dengan
bahan perekat seperti aspal (Krebs and
Walker, 1971). Berdasarkan Divisi 6,
spesifikasi teknis 2010, kadar lumpur yang
melekat pada agregat diizinkan ≤ 1%. Dengan
mengambil sampel pada kerusakan jalan, maka
akan diteliti faktor penyebab kerusakan tersebut
terhadap material yang digunakan dalam
pencampuran Aspal beton AC-BC. Selain itu
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
sifat fisik dari material-material yang digunakan,
yaitu aspal dan agregat apakah sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan dapat memberikan
masukan bagaimana seharusnya menentukan,
memilih dan menganalisa jenis agregat yang akan
digunakan untuk lapisan perkerasan jalan jenis
laston(AC-BC), sehingga kerusakan dini pada
lapisan perkerasan jalan dapat di atasi. Sumber:https://media.neliti.com/media/publications/158756-ID-kerusakan-dini-lapisan-perkerasan-aspal.pdfc
Komentar
Posting Komentar